Selain untuk beristirahat dari rutinitas pekerjaan di Rumah Sakit, aku selalu memanfaatkan waktu libur untuk mengunjungi satu tempat baru. Hari sabtu itu kebetulan aku sedang off kerja, jadi paginya aku putuskan untuk sarapan di satu Kedai Kopi paling legendaris di kota Medan, yaitu Kedai Kopi Apek.
Sekitar jam 7 pagi aku pun mandi dan bersiap-siap untuk berangkat. Tidak biasanya aku mandi secepat itu kalau sedang hari libur, malah kalau aku ga ada planning kemana-mana sering tidak mandi seharian, agak jorok sih tapi bagiku buang-buang waktu aja mandi di hari libur kalau cuma di kosan seharian… Hhhahaa
Setelah mandi, badan jadi segar, wajah makin tampan, aku pun berangkat dengan penuh semangat. Meski jaraknya cukup jauh dari kos-kosanku, tapi itu tidak jadi hambatan bagiku untuk memuaskan rasa penasaranku pada Kedai Kopi yang sudah berusia hampir satu abad namun masih mampu bertahan diatas gempuran kedai kopi modern yang sudah banyak bermunculan di kota Medan ini.
Baca juga : 3 Tempat Wisata Bersejarah di Medan yang Wajib Dikunjungi
Bermodalkan Google Map aku pun menelusuri jalanan kota Medan menuju Kedai Kopi Apek ini. Setelah kurang lebih 30 menit mengikuti panduan dari si Google Map sampailah aku di lokasi, tapi saat aku lihat sekeliling yang ada hanya warung bakmi, pedagang sayur, buah, ikan, dan daging, tidak ada satu pun warung bertuliskan “ Kedai Kopi Apek” di depannya. Aku mencoba memasuki pasar dengan dugaan bahwa kemungkinan kedai kopi ini berada dibalik pasar. Namun kenyataannya setelah melewati pasar aku malah memasuki perumahan warga.
“ Lontonglah, udah ga betul ini,” bisikku dalam hati.
Akhirnya tanpa pikir panjang aku mencoba bertanya pada seorang penjaga warung sekitar perumahan. Begini percakapan kami :
Aku : “Wak numpang nanyak ya wak, Kedai Kopi Apek dimana ya wak ?”
Uwak : “Itu semua yang di depan itu Kedai Kopi Apek semua Bang”
Aku : “Ah yang betullah Bang, kedai kopi yang paling tua itu lho” tanyaku sedikit kesal
Uwak : “Oh kalo itu di seberang jalan sana, pas di simpang empat itu, yang rame tu Bang ”
Aku : “Ohh iya iya makasih ya wak”
Setelah melalui perbincangan yang cukup singkat aku pun kembali menarik gas sepeda motor menuju lokasi yang sudah diarahkan oleh penjaga warung tadi. Tak lama berselang aku akhirnya menemukan Kedai Kopi Apek tersebut. Ternyata di depan bangunan peninggalan zaman Belanda ini tidak terdapat plang nama sama sekali, wajar saja kalau aku sempat tersesat tadi. Tersesat di pasar itu ternyata tidak senikmat tersesat di hati kamu… Hhhehe
Memasuki Kedai Kopi Apek aroma kopi langsung tercium. Meski ruangannya sangat kecil, cuma ada 8 meja saja, tapi kedai kopi yang berada di Jalan Hindu ini sangat ramai, aku saja hampir tidak kebagian tempat duduk, untung ada seorang kakek yang rela berbagi meja denganku di sudut ruangan, kalau berbagi mejanya sama anak gadis kayaknya pasti lebih seru ya kan.. Hhehehe
Kedai Kopi Apek sudah ada sejak tahun 1923. Nama Apek diambil dari bahasa Tionghoa yang artinya kakek. Saat ini dikelola oleh generasi ketiga, yaitu Ibu Suyenti. Menu andalannya adalah Kopi Sidikalang dan roti bakar. Pagi itu aku memesan segelas kopi panas dan sepiring roti bakar, nah yang membuat kedai kopi ini spesial adalah ternyata mereka sama sekali tidak menggunakan kompor atau mesin pemanas untuk mendidihkan airnya, tapi menggunakan sebuah tungku yang didalamnya ada kayu bakar. Begitu juga dengan Roti Bakarnya, mereka juga tidak memakai mesin pemanggang, semuanya dilakukan diatas tungku kayu bakar. Pantas saja saat kopinya sangat nikmat dan rotinya begitu gurih. Sepertinya resepnya rahasianya ada di kayu bakar itu. Kemudian yang tidak kalah uniknya adalah selai srikaya yang dioleskan diatas roti ternyata adalah racikan mereka sendiri. Aku sangat mengapresiasi upaya dari kedai kopi ini untuk tetap mempertahankan cita rasa yang sama dari dulu hingga sekarang. Selain kopi panas dan roti bakar, Kedai Kopi Apek juga menyediakan kopi susu dingin dan telur setengah matang.
Dua jam berlalu, pengunjung terus berdatangan silih berganti. Meski mayoritas pelanggan kedai kopi ini adalah warga etnis tionghoa, namun ada juga penduduk lokal yang sarapan pagi disini. Tidak seperti kedai kopi lainnya yang buka dari pagi sampai malam atau bahkan buka 24 jam, Kedai Kopi Apek ternyata hanya buka dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang, dan kalau tahun baru dan hari raya keagamaan mereka tutup.
Kopi dan roti bakar sudah habis tak bersisa. Aku pun memesan lagi segelas kopi susu dingin untuk membunuh waktu pagi itu, karena tampaknya aku masih ingin berlama-lama menikmati suasana klasik yang begitu kental di ruangan ini. Seluruh perabotan di Kedai Kopi Apek ini seperti kursi kayu, meja kayu, cangkir, bahkan kipas angin yang menggantung diatas masih asli dan tak pernah diganti sejak pertama buka dulu. Paten kali kan !!!
Menurut penuturan Ibu Suyenti selaku owner, para pengunjung yang datang ke kedai kopinya lebih menyukai suasana yang sama seperti yang dulu. Pasalnya mayoritas pelanggannya adalah orang yang sudah sangat kenal dengan mendiang Ayahnya dulu, mereka juga sudah sering datang kesini bahkan sejak Ibu SuyeNti sendiri masih kecil, sehingga para pelanggan lama ini tidak ingin ada yang berubah dari Kedai Kopi Apek. Maka jangan terkejut jika Kedai Kopi Apek ini bukan hanya diminati oleh para anak muda, orang-orang tua juga banyak yang mengawali paginya dengan meminum kopi disini. Dengan mata berkaca-kaca wanita berkulit putih ini juga menceritakan bahwa ia hanya menjalankan amanah dari mendiang Ayahnya yang ingin usaha kedai kopi yang sudah dirintis oleh Sang Kakek ini tetap dilanjutkan.
Selama hampir 4 jam aku duduk di sebuah meja yang ada di sudut ruangan, sambil memperhatikan tingkah polah orang-orang yang ada di kedai kopi ini. Ada satu hal yang membuatku terkagum-kagum. Meski hanya berupa kedai kopi sederhana, wifi pun tidak tersedia, tapi disini suasana kekeluargaan yang hangat begitu terasa. Semua orang saling berinteraksi satu sama lain, tidak ada yang sibuk dengan gadget, hanya sesekali saja mereka melihat layar smartphonenya. Bahkan Ibu Suyeti sendiri tidak pernah lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada pengunjung yang akan meninggalkan Kedai Kopi Apek ini. Walaupun kelihatan simpel, tapi hal ini akan meninggalkan kesan yang mendalam bagi para pelanggan. Baru kali ini aku melihat pelayanan yang begitu berkesan dari seorang pemilik kedai kopi terhadap konsumennya.
Harga makanan dan minuman di Kedai Kopi Apek ini bervariasi. Untuk segelas kopi hitam panas dibanderol Rp.22.000, kopi susu dingin seharga Rp.23.000, untuk roti bakar harganya disesuaikan dengan jenis selainya, konsumen bebas memilih selai sesuai selera seperti keju, coklat, atau srikaya, dan harganya berkisar Rp.20.000 – Rp. 30.000. Agak mahal sih, tapi bagiku semakin agus kualitas sebuah produk pasti semakin tinggi pula harganya.
Hari sudah siang, tampaknya aku harus segera pulang. Setelah puas berbincang-bincang dengan Ibu Suyenti seputar Kedai Kopi Apek ini, aku pun tidak lupa untuk membayar pesananku. Tapi saat aku akan mengeluarkan dompet dari saku belakangku, Ibu Suyenti langsung berkata,
“Udah ga usah bayar Bang,”
“Ah seriuslah Bu, jadi enak aku ni,” tanyaku lagi
“Gpp Bang, bayarnya lain kali aja, kapan-kapan datang lagi ya,” jawabnya sambil tersenyum.
“Aduhh makasih banyak bu, kalo ada waktu pasti aku kesini lagi,” ucapku dengan girang. Aku pun beranjak meninggalkan Kedai Kopi Apek dengan penuh rasa syukur karena pagi itu dapat sarapan gratis, Hhhehe
Jadi rasa penasaranku terbayar lunas. Aku pun menarik kesimpulan bahwa ada dua hal yang membuat Kedai Kopi Apek ini tetap berdiri kokoh. Pertama adalah mereka tetap menjaga mengutamakan kualitas di setiap menunya, cita rasa kopi dan roti bakarnya tetap dipertahankan dari dulu hingga sekarang. Dan yang kedua adalah suasana kekeluargaan yang tercipta disini, Ibu Suyenti selalu memperlakukan pelanggannya layaknya keluarga, hal ini yang jarang kita temui di kedai kopi lain.
Buat kawan-kawan yang ingin merasakan suasana ngopi di zaman belanda dulu, datang aja ke Kedai Kopi Apek. 🙂
Kedai Kopi Apek
Jalan Hindu No. 110, Kesawan, Medan
Buka pukul 06.00 WIB – 14.00 WIB
Eh udah lama aku ngga mampir ke sana lagi! Dulu pernah sekali dua kali icip roti bakarnya. Enaklah ya dapet sarapan gratis😂.
SukaSuka
Rezeki anak sholeh kak.. hhahaha
Yok lah kapan2 ngopi disini kita.. hhehe
SukaSuka
Hahahaha mantap! Ayok ngopi kita. Tapi jangan gratis lagi, ya😂
SukaSuka
Hhhahaha.. bisa diatur kak.. masih belum move on aku dari roti bakar sama kopi susu dinginnya..
SukaSuka
Wah.. Dapat gratis dia. Kurasa hebat kali penyampaian tata bahasanya, sampai org luluh melihatnya…
Luar biasa!
SukaSuka
Ada baca bacaannya itu bang petruss.. nanti kuajari ya.. hhaha
SukaSuka
Itu gratis mgkn karna sudah mandi dan tamvaannnn ahahahha
SukaSuka
Rezeki orang tampaaannn… hhahaha
SukaSuka
Bener bener langka ya mas,
Kedai kekinian lebih banyak memikirkan keuntungan daripada sentuhan sentuhan seperti itu
SukaSuka
Iya mas.. aku suka suasananya disini.. ga ada yang sibuk sama gadgetnya.. semua saling interaksi satu sama lain.. owner nya sangat ramah dan juga selalu ngucapin terimakasih pada pengunjung yang kau pergi..
SukaSuka
Enaklah kooooo, gratiiiissss…. Hehehehe, pintar ya mengulasnya..
SukaSuka
Rezeki orang ganteng bang.. 😂😂
Pintar cemana bang.. biasa aja kayaknya.. 😁
SukaSuka
tulaa orang aceh sama orang medan ni
simpel kali sarapannya
roti sarikaya sama kopi
akupun pernah kek itu
awak kan pernah 2 tahun tinggal di aceh
SukaSuka
HMM…cemana caranya biar gratis itu bang?? hahaa
SukaSuka
Ada baca2annya tu kak.. mau diajari ? 😂
SukaSuka
Aah boleh la bang. Jgn pelitlaa sm ilmu kek2gt 😅
SukaDisukai oleh 1 orang
Yaudah semedi dulu 40 hari di gunung sibayak sana 😂
SukaDisukai oleh 1 orang
Atuuuuuut….
SukaSuka
Susah dicari nggam tempatnya Bg? Mau la pan kapan kalo ke Medan lagi mampir.
SukaSuka
Kalo pertama kali kesini agak susah mas karna ga ada plang namanya itu.. tapi kalo udah tau udah enak mas.. 😁
SukaDisukai oleh 1 orang
Kedai kopi seperti ini di Palembang pun ada beberapa. Harapannya mereka tidak tergerus perubahan jaman ya. Maksudnya, dari gedung yang ditempati hingga suasana kedai di dalam tetaplah seperti itu. Jadi bisa tetap melihat sejarah dan kangen2an dengan resep yang sudah ada sedari lama 🙂
SukaSuka
Yess.. aku setuju sama kakak.. Jas mera.. Jangan melupakan sejarah.. 😁👍
SukaDisukai oleh 1 orang
Wow, dpt sarapan gratis …
Kirain td ad sarapan nasi jg, ternyata roti ya, Bang Harlen 🙂
Lumayan mhal ya harganya. Tp gpp, asal kualitasnya sebanding.
Luar biasa usia kedainya sdh 95 thn ya…
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya mas.. menu andalannya memang roti dari dulu mas.. kalo mau belik nasi dari luar tapi makannya disini juga boleh.. kualitas pasti sebandinglah harga mas.. 😁
Makasih kunjungannya mas.. 😁
SukaDisukai oleh 1 orang
Ok, sama2.
SukaSuka
Aku pernah coba kopi Sidikalang yang dibawa kawanku dari Medan. Saat itu aku nggak terlalu suka, karena ada sensasi rasa kacang tanah 😀
Tapi pada umumnya, aku suka mampir ke kedai kopi peranakan seperti ini. Aku bahkan lebih suka tempat seperti ini daripada coffee shop modern. Ngopi itu emang paling nikmat sama roti sarikaya, langsung berasa di Singapura atau Malaysia deh 😀
Wah, kedai kopi macam ini jangan sampai ada wifi, bang. Bisa rusak nanti identitasnya 🙂
SukaSuka
Yess.. iya memang dari dulu sampai sekarang pemilik tetap mempertahankan suasana yang sama mas.. mudah2an kedai kopi seperti ini ga hilang ditelan zaman ya mas.. 😁
Makasih kunjungannya mas 😁
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah tempat kayak gini nih yang asik buat ngopi haha. Rata-rata yang datang bukan mau nongkrong kayak di cafe atau coffee shop kekinian yaa. hahaha.
SukaSuka
Iya mas.. rata2 yg datang memang untuk ngopi sama berinteraksi sama kawan2.. yang aku liat selama 4 jam kayak gitu.. ga ada yang sibuk sama gadgetnya 😁
SukaDisukai oleh 1 orang
lagi-lagi Medan. asyik kayanya ya mas kalau bisa sarapan atau ngabisin waktu di Kedai Kopi Apek bareng temen2 🙂
di kesempatan berikutnya, wajib dicoba nih berkujung ke sana.
terima kasih sudah sharing, mas!
salam kenal,
ceritaliana.com
SukaSuka
Tak tahan aku lihat kopi itam plus roti bakarnya…
Bang…Bang…tebak2an yuk..Kopi apa yg bisa jadi penagih?..😀😀
SukaSuka
Kopi kirin aja bang 😁
Sorry becanda 😁
SukaSuka
Ha..ha..ha.
SukaSuka
wah kalau ke sana kayaknya hrs mampir di sini
SukaSuka
Monggo mbak.. ditunggu kehadirannya di medan..
Makasih udah mampir di blog ku 😁
SukaSuka
Kapan diajak sarapan kemari bang?- hahah
SukaSuka
Kapan aja bolehh 😂😂
SukaSuka